The Old Past BITCH, Kartini




Setiap tanggal 21 April Indonesia merayakan hari spesial yaitu Kartini. Meskipun tidak dibandrol dengan warna merah, hari ini mengajak perempuan untuk refleksi. Gerakan nyata melalui tulisan yang mendobrak pikir pada jamannya.

Pemikiran-pemikiran dahsyat Kartini, berhasil diungkap melalui surat-surat Kartini yang dipublikasikan dalam buku berjudul sama. Beliau melakukan korespondensi dengan kawannya yang berada di Belanda. Setelah sekian lama berdiam diri menuruti orang tuanya, budaya dan tradisi ternyata Kartini memberontak dalam otak.

Kemudian hari ini ketika menulis, didepan saya banyak konde berkeliaran. Para perempuan berkebaya, jalan dengan susah, make up habis-habisan. Tulisan mengenai emansipasi, feminisme, bermunculan di milis-milis. Saya capai mendengarnya. Buah-buah ide yang muncul beragam sama, penuh kemarahan, ketidak puasan di dasarkan pada kata emansipasi.

Jadi sebenarnya apa sih emansipasi? Istilah tersebut digulirkan ketika menjelaskan sejumlah usaha mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat, bagi kelompok yang tidak diberi hal secara spesifik. Artinya ketika saya sebagai perempuan tidak diberi hak, saya bisa menuntut emansipasi.

Pertanyaannya adalah apakah kamu, saya dan perempuan lain siap untuk itu? Ataukah kita telah mencapai sepakat akan definisinya? Tentang sanggul kah? Kebayakah?
Pernahkah kita sadari, kata-kata emansipasi terlontar namun kita tidak bisa mengganti ban mobil sendiri. Mengernyitkan dahi kala menghadapi suami mengurus anak, dan istri bekerja di luar rumah.

Jujur, saya, kopi dan rokok masih suka seperti itu. Kami bergosip tertawa dalam kesenangan perempuan. Bangga untuk dipuja dan dibukakan pintu mobil, menerima barang mewah dari segepok lelaki yang datang, Kami bangga dengan keistimewaan yang kami punya untuk menjadi BITCH (Babe Is Totally Control Herself)).. Memang drama quenn tapi we know excatcly what we want.

Kata-kata itu menurut kami adalah emansipasi yang sebenarnya. Yaitu bagaimana kami bisa menerima diri sendiri dengan gembira.


Hari ini kami ke kantor dengan biasa. Bangun siang, sedikit telat sehingga tidak ada kesempatan berdandan ala pesta kawinan ke kantor. Kami tidak berkoar-koar mendengungkan persamaan hak yang nantinya tidak berujung. Kami membuat kompromi dengan keadilan perempuan.

Tidak semuanya kelemahan berujung kekalahan. Dan kelebihan adalah kebenaran. Namun kombinasi keduanya mampu menghasilkan kesempurnaan.

Kartini adalah contoh nyata ”old past BITCH”. Kami bertiga terpana melihat hasilnya membatik dipamerkan pada museum nasional. Sementara buah pikirannya menghasilkan sebuah sekolah untuk perempuan di tahun 1903. Dan she is totally have control of her self, and know what she want. Salute for her.
“Sometimes you have to be a bitch to get things done.-Madonna-” So do Us !

Written by~seorang teman
Life is a beautiful enemy

3 comments:

kopi mengatakan...

That's hot-Paris Hilton

Diaz mengatakan...

masalah keperempuanan saat ini adalah merasa kalah dan perasaan dikalahkan. Padahal semua ini adalah bukan tentang menang dan kalah...

mantab yo cucuk ku... :)

oursmalltalk mengatakan...

@ daz: uhuk uhuk....perempuan yang mana :P ?
.... oh yang itu, di edukasi dong suruh ikutan kita ngupi dan semarak :)