4 comments

B! ALERT: Kami Tidak Mungkin Direncanakan Jadi Istri??



Wanita yang pas untuk teman pesta, clubbing, bergadang sampai pagi, chitchat yang snob, merokok n kadang mabuk – tidak mungkin direncanakan jadi istri


WTF?? Siapa orang tolol yang melontarkan judgement seperti ini?

Mario Teguh! Hah!

Aku memang nggak pernah percaya sama yang namanya motivator. For me, they are the true hypocrite. Seseorang yang tak hidup di dunia nyata.

Lemme ask you these questions :

Apa sih definisi istri dalam benak Anda? Seorang yang bertugas melayani Anda? Yang harus terus menjaga anak-anak selagi Anda entah ada dimana sedang melakukan apa? Kami perempuan hanya Anda jadikan sebagai objek semata, bukan?

Anda beranggapan bahwa laki-laki memiliki nilai lebih dari seorang perempuan? Sehingga Anda tidak menyinggung tentang laki-laki yang demen clubbing, merokok dan mabuk-mabukan? Jika yang melakukan itu laki-laki, mereka dimaafkan? Mereka tetap dapat direncanakan menjadi seorang suami? Is that what you are trying to say?

Dan jika aku merokok, aku dugem dan terkadang aku suka minum, lantas Anda berpendapat aku tidak pantas menjadi seorang istri? Oh come on, open your sticky eyes! Tahu tidak, seorang perempuan tanpa rokok yang tak doyan mabuk pun bukan jaminan bisa menjadi sosok istri yang baik. Baik dan buruk tidak digambarkan hanya dengan sebatang rokok, sebotol liquor atau sedikit goyangan seksi di dance floor kok.

Kenapa Anda tidak mempermasalahkan saja para lelaki yang telah memiliki istri idaman, namun masih saja datang ke panti pijat untuk mendapatkan service ekstra? Atau jangan-jangan Anda tak berani menguak tabu pribadi Anda sendiri ya? Ih, memang begitulah kehidupan munafik sejati. Berbusa-busa menceramahi orang lain, sedangkan borok menganga lebar di dalam diri. Yuck!

Maybe this is breaking news for you, but we are much more than that. Kami perempuan lebih dari sekedar konco wingking yang bisa Anda nilai baik atau buruk dari kualitas kami memasak, atau membersihkan rumah, atau menjaga anak-anak. Kami bukan lagi second-class citizen loh, yang bisa Anda peram terus di dunia domestik.

Perempuan kini memiliki kebebasan untuk berkarya, untuk bekerja, dan untuk bersenang-senang. Kami punya hak yang sama dengan Anda untuk menikmati hidup, untuk merokok (meski kami tahu itu merusak tubuh kami, seperti para lelaki lain juga tahu bahwa itu merusak tubuh mereka), untuk dugem, untuk meliuk gembira, untuk menyisip minuman yang membuat kepala kami sedikit enteng.

Dan tenang, kami ini multitasking kok. Kami bisa saja merokok sambil memasak. Dan masakan kami tetap enak. Kami bisa saja menyesap sedikit wine sambil menyuruh suami kami untuk menyapu dan mengepel rumah. Kami juga bisa menjadi kawan chitchat yang intelek dan menyenangkan, sehingga suami kami tak memiliki alasan mencari kawan perempuan untuk diajak bicara cerdas. Dan jangan ditanya, kami juga mampu menjadi kawan (ataupun lawan) yang hebat di ranjang, sehingga suami kami tak perlu mencari variasi lain.

Anda masih bilang bahwa kami tidak layak menjadi seorang istri?

~written by sebatangrokok

0 comments

MOVIE: 3 Jempol Untuk Rumah Dara



When I want to get my mind off things, I turn to movie. So, berhubung otakku sedang dipenuhi sampah-sampah tak berguna, minggu lalu aku menggeret seorang teman untuk menemaniku menonton. Pilihanku jatuh pada Rumah Dara, sebuah film bergenre thriller/slasher asli bikinan anak negeri.

Aku memang termasuk penggemar berat film-film berdarah. Sebutlah SAW, Hostel dan Texas Chainsaw Massacre. Menonton mereka selalu membuat adrenalinku berpacu kencang, meski senyum lebar akan terus terukir di wajahku. Maka, meski seorang teman mati-matian menolak, aku tetap keukeuh menyeretnya ke bioskop. Aku kan ingin berbagi penderitaan denganmu, teman. Isn’t that what friends are for? Muwakakakakak... *evillaugh*

Eniwe, plot cerita berawal dari sebuah kafe di Bandung. Sebelum berangkat ke luar negeri keesokan harinya, Adjie (Ario Bayu) hendak berpamitan dengan sang adik, Ladya (Julie Estelle). Ia ditemani seorang istri yang sedang hamil tua, Astrid (Sigi Wimala), serta ketiga kawan mereka, Alam, Eko dan Jimmy (Michael Lucock, Dendy Subangil, Daniel Mananta).

Saat hendak kembali ke Jakarta, mobil yang mereka kendarai nyaris menabrak Maya (Imelda Therinne), seorang gadis cantik yang mengaku baru saja dirampok. Tak tahan melihat seorang gadis cantik tersia-sia di jalan, Eko yang rupa-rupanya “agak” haus perempuan ini lantas menawarkan tumpangan untuk Maya.

Sesampainya di rumah Maya, mereka disambut Dara (Shareefa Daanish), ibu kandung Maya yang memaksa mereka tinggal untuk makan malam. Seperti serombongan babi, mereka tak sadar telah digiring ke tempat pejagalan. Dengan Dara dan ketiga anaknya, Armand (Ruly Lubis), Adam (Arifin Putra) dan Maya sebagai tukang jagalnya. Tepat setelah menyantap masakan ibu Dara, satu persatu anggota rombongan mulai diserang kantuk luar biasa. Reli adegan berdarah pun dimulai. Cihuiiii!!

Alam yang ketiban sial menjadi korban pertama kengerian di rumah Dara ini. Berbekal pisau jagal dan gergaji listrik, Armand dengan tenang memutilasi Alam, disaksikan oleh Ladya yang mengintip dari lubang di balik pintu. Walhasil, mati-matian mereka berlima berusaha keluar dari rumah itu. Yang dengan dingin juga berusaha digagalkan oleh Dara dan anak-anaknya.

Pisau jagal, gergaji listrik, bow-gun, bahkan tusuk konde yang dipakai Dara disulap menjadi senjata ampuh untuk mengucurkan darah korbannya. Di antara semuanya, aku paling suka adegan dimana Dara menggunakan hak sepatunya untuk menginjak mata seorang korbannya. Penampakan elemen perempuan yang dingin. Mengingatkan kalian hei para laki-laki bangsat di luar sana agar jangan macam-macam dengan kami. Hahaha...

Mo Brothers memang pantas diacungi jempol, meski aku belum pernah mendengar nama mereka sebelumnya. Mereka mampu menghadirkan tontonan bermutu yang berbeda dari kebanyakan film Indonesia yang akhir-akhir ini hanya berkisar setan dan pornografi. Kesadisan yang mereka usung nampak nyata, baik dari segi eksekusi maupun efek. Bagian tubuh yang terpotong, tersayat, bahkan terburai tidak terlihat palsu. Konon, mereka menghabiskan 11 galon darah binatang yang dicampur dengan darah sintetis. Woooww... Pantes kucuran darah tidak habis-habis sepanjang film.

Akting setiap pemerannya juga layak mendapat pujian. Apalagi Arifin Putra yang meski ganteng tapi tatapan matanya yang dingin serta rambutnya yang disisir rapi malah bisa bikin bergidik ngeri. Ratapan dan teriakan kengerian dari setiap korban pun bukan tipikal teriakan kacangan seperti di film-film horror nggak mutu lainnya.

Satu-satunya yang menurutku jadi flaw yang cukup mengganggu untuk film ini adalah suara Shareefa Danish yang terlalu dibuat-buat. Bukannya takut, aku malah pengen ketawa setiap kali mendengar si ibu Dara ini ngomong. Raut wajah dan ekspresi sih boleh dingin, tapi kalau suaranya kayak gitu jatuhnya bukan ngeri, tapi corny. Huuuu...

Meski masih banyak kekurangan di sana sini, secara overall aku puas menonton film ini. Paling tidak bisa membuat aku sumringah kegirangan melihat rentetan darah itu. Meski seorang teman di sebelahku terus-terusan menutup matanya dengan tas. Meski seorang teman memasang status “Temani aku BBM, plis” di BBM nya. Hahahaha... *ketawapuas*

3 jempol untuk Rumah Dara.


~written by sebatangrokok

4 comments

L on the forehead = LEBAY



Percakapan di pagi hari antara saya dan seorang teman tentang Alya (bukan nama sebenarnya).

Alya adalah teman SMA kami. Ukurannya standard lah, popular juga ga tapi bukan termasuk di”bully” ama lainnya. Masalah body (this is the most important thing) ga minus ga plus. Jadi penekanannya benar pada kata-kata ”BIASA”. Jangan bilang sombong, boleh kok bandingkan dengan aset fisik saya. Hahaha

Pada suatu saat dia datang tergopoh-gopoh mukanya sadis dengan pandangan ala sinetron.
”Lihat nih, lihat si Bondan nembak aku,” katanya pada kami di tengah kantin dengan suara kencang seperti geledek.
Surat yang dipegangnya langsung jadi barang mainan baru para gadis-gadis. Sambil digilir Alya tidak berhenti berbicara.
”Aku jijik ama dia, tingkahnya bikin enek, emang dia siapa sampe berani buat puisi lagu si Lumba-Lumba jatuh cinta,”
Saya dan teman menaikan satu alis berkali-kali. Berasa aneh. Yang lainnya manggut-manggut entah kegirangan atau pengen nonjok.

Oh come on…
Anggaplah itu masa SMA, masa masih susah membedakan malu dan suka. Masa norma yang pengertiannya belum jelas. Tapi sempat terlintas dalam pikiran kami. Bagaimana kalau keadaannya terbalik. Apa perasaannya.

Life is Unfair! Namun susah sekali membuat itu menjadi adil kalau Alya-Alya bergentayangan. Matanya ditutup tanpa pernah bercermin. Berusaha memposisikan diri sebagai Dewi Sandra tapi sebenernya mirin Jeng Kellin. HAHAHAHAH :D

Saya dan seorang teman bernostalgia. Mengingat setelah provokasinya susah berhasil Alya berlalu santai dengan gaya ”manis-centil -sok-laris”nya itu. Kembali ke kelas kaya ga terjadi apa-apa.

Beberapa minggu kemarin ketika asyik menikmati Froyo si Alya lewat. Dan kami berusaha memanggilnya. Ngobrol-ngobrol sambil ke-asem-an akhirnya tercetus kata-kata wasiat dari Alya.

”Gue belom pernah pacaran lagi sejak putus sama Aldi (pacar SMAnya),”

Saya dan Seorang Teman tetap berlagak pilon sambil mengelus-elus pundaknya. Memaksa untuk tidak tertawa.
HUAHAHHAHAHA

LOSER!

FYI: Bondan (bukan nama sebenarnya) korban cinta monyet tertindas itu kini telah jadi salah satu pengusaha terkenal. Single, Available, Marriage-able.
Sementara si Alya, masih ngeciprit masalah OB kantor nya yang suka curi-curi pandang.

CUIH!

T.R.A.G.I.S

HAHHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHA (joget pisang)

Written by: secangkir kopi ~life is a beautiful enemy

1 comments

Exhibitionist, si Tukang Pamer ”DICK”




Minggu lalu tepat pada pukul lima sore saya memutuskan untuk segera mengemasi barang dan pulang kantor. Membuka selembar demi selembar agenda, memperbaiki make up dan yup siap untuk bersosialisasi lebih lanjut. Malam ini sejumlah teman baru mengajak untuk nongkrong di Bucks EX. Maklum jika bosan maka kami bisa segera cabut untuk masuk ke Hard rocks, sambil head banging atau mengharu biru nonton film di XXI.

Namun sayangnya perjalanan menuju EX tidak semudah biasanya. Awalnya memang tetap berjalan lancar yaitu sekedar berada di shuttle busway, menunggu sambil sedikit berdesakan dan membunyikan high heel agar bisa mengijak kaki penumpang lain yang serakah tempat :P . Tanpa disangka dan dikira tiba-tiba seorang laki-laki tampan berbaju rapi berlari dihadapan saya.

Saya tidak berpikiran apa-apa sambil terus berjalan, ternyata dia menunjukan kemaluannya alias ”penis”nya. Astaga naga, saya kaget perempuan-perempuan di belakang saya menjerit ketakutan. Saya sendiri tampak cuek karena tidak mau menambah kepanikan, padahal dalam hati pengen menjudo si ”keparat tidak tahu diri apapun itu namanya”.

Kejadian yang saya alami ini bukan cuma sekali. Sudah bertahun lalu, pelaku biasanya melakukannya di tempat-tempat sepi seperti jembatan penyebrangan, gang kecil. Bahkan ada yang nekad menyatroni kost-kostan cewek-cewek mungkin lupa kalau Satpam dan hansip bisa mentung “dick”nya itu.

Orang yang kerap melakukan hal ini disebut ”exhibitionist”. Hal ini merupakan salah satu kelainan yang tergolong pada disfungsi sexual. Mereka memiliki ransangan seksual dengan memperlihatkan alat kelaminnya pada orang lain. Biasanya terjadi pada waktu senggang atau stress hebat.

Parahnya lagi adalah respon masyarakat seperti saya, kamu dan banyak orang lain agak berlebihan terhadap “pelaku”. (lha iya, siapa yang ngga kaget:P ) Akhirnya membuat rasa rendah diri semakin menjadi-jadi.

Di beberapa negara perilaku eksibisionisme merupakan kriminalitas karena dianggap sebagai perilaku tidak menyenangkan atau bahkan pada kasus tertentu dikategorikan sebagai tindakan pelecehan atau pemaksaan seksual.

Bagaimana cara mengatasi penderita exhibitionist ini. Kalau bagi saya pribadi tidak ada cara yang lebih mudah selain cuek, dan menagngap tidak terjadi apa-apa tanpa reaksi. Karena di banyak bacaan yang saya baca, mereka memperoleh “foreplay” dari teriakan gadis-gadis itu dan dilanjutkan dengan masturbasi.
Yah selama dia tidak menyentuh saya dan berani melakukan gerakan-gerakan aneh, tentu saja. Namun jika mulai bergeming, jangan salahkan saya kalau spray, minyak wangi, larutan cabei, pistol (wuih) meledak dan menyemprot matanya.

Eniwei, yang perlu di sadari adalah mereka juga manusia yang patut punya teman. Kelakuan yang di tunjukan bukanlah murni dari kesengajaan. Jika ada kerabat atau sahabat ataupun orang yang terdekat yang dikenal. Silahkan dirujuk di klinik piskologi terdekat.

Sore setelah kejadian itu saya tetap nge Bucks dengan teman-teman cekakak cekikik dan melemparkan topik tentang pameran dick ini diatas meja kopi kami.

Si Mira, penggemar pria sexy sempat nyeletuk, ”Wah, mestinya gw tadi di sana, jadi bisa ngebandingin gedean mana ama punya Beckham,”

Saya: ???????

~written by seorang teman -life is a beautiful enemies-

0 comments

GADGET: Sony Bloggie (must have item, this month!)

Kopi memang sahabat mantab di segala suasana. Mulai dari hujan, banjir, terik dan sehabis bercinta. Walaupun buat saya, saat flu dan batuk, kopi bisa sedikit bergeser tempat. Tergantikan dengan orange juice serta impian memegang Sonny Bloggie.



What is Sony Bloggie? (Sony harus membayar saya dengan selusin gadget ini karena promosi mulut manis saya)

Sony Bloggie adalah sebuah camcorder kecil yang nyaman untuk dibawa-bawa. Ukurannya yang imut membuat kamu tidak akan kehilangan moment barang sedikitpun. Apalagi jika dipadu dengan ketangkasan serta kemampuan meng-capture dengan tepat. Wuah, tanggung deh kamu bakal menjadi ter”update” di jagad maya.



Sesuai dengan nama bloggie, produk ini ditujukan buat “blogger” seperti kamu, saya dan teman-teman. Salah satu kelebihanya adalah kita pengguna dapat memuaskan nafsu narsis. Alias lensanya dapat diputar sehingga dapat mengambil gambar muka kita sendiri.

Selain itu tidak perlu repot lagi dengan kabel USB dan lain-lainnya. USB arm yang build dengan camcorder ini bisa langsung dicolok ke PC ataupun netbook. Tentu saja, barang sejenak, kabel optiknya akan langsung memfasilitasi upload dengan mudah.

Untuk masalah kualitas, memang tidak bisa dibandingkan dengan kamera CCCD atau SLR. Tapi sudah cukuplah untuk di tenteng-tenteng kemana-mana karena alat ini dilengkapi face detection dan teknologi Steady Shaking Imade Stabilization untuk kejernihan foto dan video

Dan bagi si “GAPTEK” absolutely not me! (Certified coffee and gadget freak)
anda tidak usah direpotkan dengan yang namanya mengistall program. Just plug and play. Simple right?


Anda tertarik dengan tekhnologi ini? Akhir Februari ini diharapkan sudah bisa edar di pasaran. Jadi jika Anda lihat di kiri atau kanan Anda, ada seorang perempuan yang manis dan tertawa lepas memegang Bloggie. Pastikan itu adalah saya (yang telah mengurangi jatah salon dan makeup)
*peace yow*
~written by Secangkir Kopi

"Life is a beautiful enemies.."