MOVIE: 3 Jempol Untuk Rumah Dara



When I want to get my mind off things, I turn to movie. So, berhubung otakku sedang dipenuhi sampah-sampah tak berguna, minggu lalu aku menggeret seorang teman untuk menemaniku menonton. Pilihanku jatuh pada Rumah Dara, sebuah film bergenre thriller/slasher asli bikinan anak negeri.

Aku memang termasuk penggemar berat film-film berdarah. Sebutlah SAW, Hostel dan Texas Chainsaw Massacre. Menonton mereka selalu membuat adrenalinku berpacu kencang, meski senyum lebar akan terus terukir di wajahku. Maka, meski seorang teman mati-matian menolak, aku tetap keukeuh menyeretnya ke bioskop. Aku kan ingin berbagi penderitaan denganmu, teman. Isn’t that what friends are for? Muwakakakakak... *evillaugh*

Eniwe, plot cerita berawal dari sebuah kafe di Bandung. Sebelum berangkat ke luar negeri keesokan harinya, Adjie (Ario Bayu) hendak berpamitan dengan sang adik, Ladya (Julie Estelle). Ia ditemani seorang istri yang sedang hamil tua, Astrid (Sigi Wimala), serta ketiga kawan mereka, Alam, Eko dan Jimmy (Michael Lucock, Dendy Subangil, Daniel Mananta).

Saat hendak kembali ke Jakarta, mobil yang mereka kendarai nyaris menabrak Maya (Imelda Therinne), seorang gadis cantik yang mengaku baru saja dirampok. Tak tahan melihat seorang gadis cantik tersia-sia di jalan, Eko yang rupa-rupanya “agak” haus perempuan ini lantas menawarkan tumpangan untuk Maya.

Sesampainya di rumah Maya, mereka disambut Dara (Shareefa Daanish), ibu kandung Maya yang memaksa mereka tinggal untuk makan malam. Seperti serombongan babi, mereka tak sadar telah digiring ke tempat pejagalan. Dengan Dara dan ketiga anaknya, Armand (Ruly Lubis), Adam (Arifin Putra) dan Maya sebagai tukang jagalnya. Tepat setelah menyantap masakan ibu Dara, satu persatu anggota rombongan mulai diserang kantuk luar biasa. Reli adegan berdarah pun dimulai. Cihuiiii!!

Alam yang ketiban sial menjadi korban pertama kengerian di rumah Dara ini. Berbekal pisau jagal dan gergaji listrik, Armand dengan tenang memutilasi Alam, disaksikan oleh Ladya yang mengintip dari lubang di balik pintu. Walhasil, mati-matian mereka berlima berusaha keluar dari rumah itu. Yang dengan dingin juga berusaha digagalkan oleh Dara dan anak-anaknya.

Pisau jagal, gergaji listrik, bow-gun, bahkan tusuk konde yang dipakai Dara disulap menjadi senjata ampuh untuk mengucurkan darah korbannya. Di antara semuanya, aku paling suka adegan dimana Dara menggunakan hak sepatunya untuk menginjak mata seorang korbannya. Penampakan elemen perempuan yang dingin. Mengingatkan kalian hei para laki-laki bangsat di luar sana agar jangan macam-macam dengan kami. Hahaha...

Mo Brothers memang pantas diacungi jempol, meski aku belum pernah mendengar nama mereka sebelumnya. Mereka mampu menghadirkan tontonan bermutu yang berbeda dari kebanyakan film Indonesia yang akhir-akhir ini hanya berkisar setan dan pornografi. Kesadisan yang mereka usung nampak nyata, baik dari segi eksekusi maupun efek. Bagian tubuh yang terpotong, tersayat, bahkan terburai tidak terlihat palsu. Konon, mereka menghabiskan 11 galon darah binatang yang dicampur dengan darah sintetis. Woooww... Pantes kucuran darah tidak habis-habis sepanjang film.

Akting setiap pemerannya juga layak mendapat pujian. Apalagi Arifin Putra yang meski ganteng tapi tatapan matanya yang dingin serta rambutnya yang disisir rapi malah bisa bikin bergidik ngeri. Ratapan dan teriakan kengerian dari setiap korban pun bukan tipikal teriakan kacangan seperti di film-film horror nggak mutu lainnya.

Satu-satunya yang menurutku jadi flaw yang cukup mengganggu untuk film ini adalah suara Shareefa Danish yang terlalu dibuat-buat. Bukannya takut, aku malah pengen ketawa setiap kali mendengar si ibu Dara ini ngomong. Raut wajah dan ekspresi sih boleh dingin, tapi kalau suaranya kayak gitu jatuhnya bukan ngeri, tapi corny. Huuuu...

Meski masih banyak kekurangan di sana sini, secara overall aku puas menonton film ini. Paling tidak bisa membuat aku sumringah kegirangan melihat rentetan darah itu. Meski seorang teman di sebelahku terus-terusan menutup matanya dengan tas. Meski seorang teman memasang status “Temani aku BBM, plis” di BBM nya. Hahahaha... *ketawapuas*

3 jempol untuk Rumah Dara.


~written by sebatangrokok

0 comments: