Mitos VS Keajaiban Melati


Bunga Melati, Bunga Melati, bunga mungil nan wangi pelancar kawin. Hahahaha
Saya terbahak ketika mendengar kalimat itu muncul dari mulut tetangga, teman kuliah, dan banyak wanita lainnya.
Biasanya cerita tersebut berlanjut dengan bisik-bisik.

”Caranya adalah, harus mencuri pelan-pelan dari hiasan kepala sang pengantin,”
Percaya ngga percaya saya juga tidak bisa berkata. Pada kenyataannya saya belum pernah menjadi penjahat melati. Namun sebagai seorang perempuan keinginan menjadi ratu sehari memang suka terlintas. Sayangnya pada waktu itu saya abaikan karena pasangan saja belum ada.

Hingga sampailah saya pada sebuah dilema. Sahabat terbaik kami menikah, setelah menjalin hubungan kurang lebih 8 tahun. Yang perempuan (teman kami) tetap berkarier sebagai psikolog. Yang pria bekerja sebagai pelaut menyusuri benua dengan gaji EURO.
-wew-

Sayapun jadi dag dig dug, ah takut semakin jauh dari yang disebut pernikahan. Meskipun kadang kalau dipikir masuk sangkar emas lebih tidak enak daripada bebas. Namun apa boleh buat lingkungan mulai bertanya, orang tua kembali cerewet dan
ARGHHHHH!
SAYA HARUS MENCURI MELATI ITU!

Kami bertiga berkasak kusuk, dengan berbagai kemungkinan. Mulai dari kalau kondenya lepas jika ditarik keterlaluan. Mencari teori yang relevan kenapa harus mencuri. Membaca kitab suci agar tidak dosa. Menyiapkan mata-mata, pengalih perhatian dan trik menyelipkan bunga ke tas.

Dan setelah menenggak sedikit es puter kita telah siap. Gayanya tetap santai, tidak mengendap-endap. Setiap langkah dihitung maksimal, agar tetap gaya sampai di pelaminan.

Sebatang Rokok melancarkan aksi cipika cipiki, Seorang Teman mulai minta foto bersama dengan cerewetnya. Dan saya sengaja dekat-dekat

Menarik-narik (susah)

Menarik-narik-narik (susah)

Mencoba menarik lagi agak kencang

Dan ….saudara-saudara

Brollll broll JEBOL rangkaian melati itu lepas putus

Saya tersenyum, sahabat kami yang menikah tidak marah dan cekikikan Seorang Teman dan Sebatang Rokok tertawa tidak ada habisnya. Dan jangan lupa muka saya merah padam.

Hari itu kami bukan hanya menjadi pencuri melati, tapi penjambret melati pengantin.

Sudah dua tahun semenjak kejadian itu. Melatinya masih saya simpan. Bagaimana juga kejadian tersebut adalah sejarah.

Sahabat kami sekarang sudah punya momongan berusia satu tahun bulan lalu. Sebatang rokok terkadang punya pasangan terkadang tidak, lebih doyan ngoceh dengan kami.
Seorang Teman masih heboh berjalan-jalan kemana dia suka. Sebagian koleksinya ada di berbagai pulau.
Sedangkan saya, hari ini memandangi foto seorang pria yang good looking. And u know what ”He is my boy friend” (yang terkadang menyebalkan khas pria-pria, huh!)

Keajaiban melati kah? Ga tahu saya belum bisa menjawab sampai ada pertanyaan
”Would u marry me?”

written by secangkir kopi ~life is a beautiful enemy`

1 comments:

Ratusya mengatakan...

huahaha mitos itu?! kalo kata temen sayah, ngambil melatinya jangan dikit2, sekalian ajah ama potnya sebelum direnceng jadi hiasan pengantin :p.
sayah males 'ngikutin' mitos ntu karena sayah lebih suka di deket meja hidangan daripada di deket penganten :D